Bagian 2: Prinsip Pengajaran

 

5. INSTRUKSI

Instruksi adalah arahan yang memiliki tujuan dan prinsip supaya Murid bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh Instruktur. Secara prinsip, Instruktur harus menyadari dan memahami bahwa dirinya memiliki otoritas di dalam kelas dan Murid mengharapkan Instruktur untuk menggunakan otoritasnya dalam memimpin kelasnya.

Secara naluriah, seorang Murid memiliki kesediaan untuk mengikuti instruksi dari Instrukturnya karena Murid tahu bahwa tanpa adanya instruksi, Murid tidak akan tahu apa yang harus dilakukannya. Tetapi jika seorang Instruktur tidak mampu memberikan instruksi yang jelas, singkat, dan mudah dipahami, Murid akan kesulitan untuk memahami instruksi tersebut.

Instruksi yang jelas

Instruktur harus mampu mengomunikasikan apa yang harus Murid lakukan ketika memberikan instruksi. Tanda bahwa instruksi yang Instruktur berikan kepada Murid sudah jelas adalah Murid tidak kebingungan dan bisa langsung mengerjakan tugas yang diberikan Instruktur.

Instruksi harus singkat

Instruksi yang disampaikan bertele-tele akan membuat Murid bingung dan akan menimbulkan pertanyaan dari sisi Murid. Hal ini menunjukkan ketidakpraktisan instruksi yang diberikan Instruktur kepada Murid.

Instruksi harus mudah dipahami

Instruksi yang mudah dipahami hanya bisa diberikan oleh Instruktur yang memahami dan menguasai materi ajar dengan baik. Pemberian instruksi akan disampaikan oleh Instruktur tanpa pengulangan dan dengan percaya diri karena Instruktur tahu apa yang dilakukannya dan apa yang harus Muridnya lakukan.

Sebagai pemegang otoritas di dalam kelas, Instruktur memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan keberhasilan belajar Murid. Instruktur yang tidak mampu menggunakan otoritasnya di dalam kelas akan mengalami banyak masalah, baik bagi Instruktur maupun untuk Muridnya. Salah satu akibat dari masalah tersebut adalah Murid meminta pergantian Instruktur di dalam kelasnya karena Murid merasa Instrukturnya tidak tahu apa yang dilakukannya.

Pemberian instruksi seringkali dianggap sepele oleh banyak orang padahal pemberian instruksi yang baik berpengaruh besar terhadap perkembangan belajar Murid. Instruktur harus banyak berlatih memberikan instruksi supaya terbiasa melakukannya.

Contoh:

Situasi: Murid harus mengisi Lembar Lerja yang berisi bacaan dan ada beberapa soal yang harus diisi Murid setelah selesai membaca. 

Pemberian instruksi dari situasi di atas:

Instruksi 1: Please read the text aloud!

Instruksi 2 (dilakukan setelah Murid selesai membaca): Please read the questions and write the answers in full sentences!

Dari contoh di atas bisa dilihat dengan jelas ada 2 hal yang harus dikerjakan oleh Murid di dalam lembar kerjanya. Instruktur akan membantu Murid dengan memberikan 1 instruksi pada saat itu meskipun Instruktur tahu ada 2 kegiatan yang harus dilakukan Murid. Instruksi kedua diberikan kepada Murid setelah Murid selesai membaca bacaan yang ada di dalam lembar kerja.

Penjelasan Instruksi 1

Please read the text: Instruktur meminta Murid membaca dengan jelas dan singkat.

Aloud: Instruktur meminta Murid membaca bacaannya dengan nyaring karena tanpa adanya bagian ini, Murid bisa saja membaca bacaannya tanpa mengeluarkan suara.

Konteks dari contoh instruksi di atas, Instruktur bertujuan memastikan Murid bisa melafalkan semua kata yang ada di dalam bacaan itu dengan baik dan Instruktur harus memastikan Murid memenggal informasi yang dibacanya dengan benar dan menggunakan intonasi yang tepat.

Penjelasan Instruksi 2

Please read the questions and write the answers: Instruktur dengan jelas meminta Murid untuk membaca soal yang ada dan meminta Murid menjawab pertanyaan yang ada di dalam Lembar Kerja berdasarkan informasi yang sudah Murid baca.

In full sentences: Murid harus menulis jawabannya menggunakan kalimat lengkap karena tanpa adanya bagian ini, Murid bisa saja menulis 1 (satu) kata sebagai jawabannya dan tidak menulis jawabannya menggunakan kalimat lengkap.

Konteks dari contoh instruksi di atas, Instruktur bertujuan melatih Murid untuk menerapkan struktur kalimat yang baik tanpa harus mengajari tata bahasa kalimat dalam bahasa Indonesia. Murid akan terbiasa dengan pola kalimat dalam bahasa Indonesia dengan cara membiasakan Murid menulis menggunakan kalimat lengkap.

Instruktur harus menyadari dan memahami bahwa pengulangan adalah kunci untuk membentuk kebiasaan. Oleh karena itu meminta Murid secara konsisten menulis jawaban menggunakan kalimat lengkap akan mempercepat proses belajar Murid dan mempermudah pengajaran Instruktur.

Menggunakan situasi yang sama, bandingkan instruksi di atas dengan contoh instruksi di bawah ini:

Now you are going to read a text and you need to answer the questions on the worksheet.

Untuk contoh instruksi ini, bagaimana Muridnya tahu bahwa Murid harus membaca lantang atau tanpa suara. Kemudian kemungkinan besarnya Murid hanya akan menuliskan jawaban dari setiap pertanyaan menggunakan kata-kata singkat dan tidak menggunakan kalimat lengkap. Dalam situasi ini, Instruktur akan mengulang instruksinya kepada Murid ketika Murid tidak melakukan apa yang diinginkan Instruktur. Tetapi Murid juga akan terganggu karena Instruktur tidak memberikan instruksinya dengan jelas. Instruktur juga terkesan hanya memberikan instruksi tanpa tujuan yang jelas dan hanya sekadar memberikan tugas kepada Murid.

Jika situasi seperti ini terjadi berulang kali di dalam kelas, bisa dipastikan kelasnya akan memiliki masalah dan Murid tidak akan merasa puas dengan layanan yang diberikan Instruktur.

Berikut adalah beberapa contoh instruksi yang ideal:

  • mempersilakan duduk: please have a seat! / silakan duduk!
  • menjawab pertanyaan: please answer this question! / tolong jawab pertanyaan ini!
  • mencatat: please write it down! / tolong tulis!
  • menyimak: please listen to the audio carefully! / tolong dengarkan audio ini dengan baik!
  • mengulang: please repeat! /tolong ulang!
  • membaca dengan lantang: please read out loud! / tolong baca dengan keras!
  • memberi waktu istirahat: please take a break for 5 minutes! / silakan beristirahat selama 5 menit!
  • memberikan tugas: please send your task before 5pm tomorrow! tolong kirim tugas Anda besok, sebelum jam 5 sore!

Pemberian instruksi dalam bahasa Inggris hanya dilakukan untuk Murid yang tingkat kemahirannya berada di Basic User. Murid yang berada di tingkat kemahiran Independent User dan Proficient User harus menerima Instruksi menggunakan bahasa Indonesia.

This quiz is for logged in users only.


6. Kontak Mata

Kontak mata adalah sebuah tindakan menatap mata lawan bicara saat melakukan percakapan untuk menunjukkan bahwa kita fokus memerhatikan lawan bicara sebagai bentuk rasa hormat kepada lawan bicara. Di dalam budaya Indonesia, kontak mata bukanlah budaya yang kita miliki karena bertentangan dengan ajaran yang dianut masyarakat kita bahwa menatap mata orang yang sedang berbicara adalah tindakan yang tidak sopan. Mengingat Murid LSI adalah orang asing yang sebagian besar berasal dari negara barat yang memiliki budaya berbeda, Instruktur harus benar-benar memahami perbedaan budaya ini.

Ketika seseorang berbicara sambil melakukan kontak mata, artinya orang tersebut berupaya menyampaikan pesan dengan penuh perhatian dan keseriusan. Demikian juga halnya ketika seseorang mendengarkan dan melakukan kontak mata, itu berarti orang tersebut berupaya menyimak dengan serius. Selain itu kontak mata juga menunjukkan kenyamanan terhadap lawan bicara dan kepercayaan diri yang tinggi.

Kontak mata adalah salah satu cara yang efektif untuk membangun koneksi saat berinteraksi dengan lawan bicara sehingga akan tercipta kenyamanan, keterbukaan, dan bahkan membangun kepercayaan antara satu sama lain. Namun ketika seseorang menghindari kontak mata, itu bisa menjadi sebuah pertanda bahwa kita mungkin tidak menyukai lawan bicara kita, tidak nyaman dengan mereka yang pada akhirnya menimbulkan perasaan negatif.

Instruktur harus menyadari hal ini dan harus banyak berlatih menerapkan kontak mata saat berinteraksi dengan siapa pun supaya menjadi kebiasaan baru dan bisa menerapkannya saat berinteraksi dengan Murid di dalam kelas. Kemampuan Instruktur untuk beradaptasi dalam menerapkan budaya menatap mata akan menjadi jalan pembuka Instruktur untuk beradaptasi terhadap perbedaan budaya barat dan timur lainnya sehingga tidak akan melihat perbedaan yang ada sebagai masalah, melainkan pelengkap dari kemampuan yang Instruktur miliki saat ini.

This quiz is for logged in users only.


7. Maksimalkan Student Talk Time (STT) dan Batasi Teacher Talk Time (TTT)

Student Talk Time (STT) adalah waktu bicara Murid di dalam kelas untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Besar kecilnya porsi waktu bicara Murid di dalam kelas akan memengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa Murid. Makin banyak porsi STT maka makin banyak kesempatan Murid menggunakan bahasanya sehingga Murid bisa lebih cepat menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Teacher Talk Time (TTT) adalah waktu bicara Instruktur di dalam kelas untuk menyampaikan pelajaran dan menjawab pertanyaan Murid di dalam kelas. Besar kecilnya porsi waktu bicara Instruktur di dalam kelas akan memengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa Murid. Instruktur harus memastikan porsi TTT di dalam kelas tidak lebih besar daripada STT.

Instruktur yang gemar berbicara harus memiliki kendali diri terhadap porsi TTT karena jika TTT lebih besar daripada STT, Instruktur akan merampas kesempatan belajar Murid. Instruktur harus bisa menghindari pengajaran dengan metode ceramah di mana Instruktur merasa harus selalu berbicara untuk mengajari Murid.

Instruktur bisa mengantisipasi TTT dengan tetap melibatkan Murid dalam setiap proses pembelajaran di setiap kesempatan. Instruktur harus menyadari bahwa perannya adalah untuk membuat Murid berbicara sehingga salah satu indikator keberhasilan Instruktur di dalam mengajar adalah seberapa besar porsi STT di dalam kelasnya. Ketika Instruktur membatasi porsi bicaranya, Instruktur akan membuat Murid memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih sehingga Instruktur akan memiliki banyak kesempatan untuk mengamati dan menilai Murid selama kelas berlangsung.

Pengajaran konvensional menempatkan Instruktur sebagai pusat perhatian di dalam kelas dan mendominasi waktu bicara di dalam kelas, sedangkan metode pengajaran LSI berpusat pada Murid, di mana Murid diberikan waktu yang cukup untuk berlatih, diberikan kesempatan yang banyak untuk mencoba, dan diberikan ruang untuk melakukan kesalahan dan memperbaikinya.

Instruktur harus mampu membuat Murid berani membuat dan memperbaiki kesalahan karena itu adalah kunci keberhasilan belajar Murid. Untuk bisa menerapkan lebih banyak STT di dalam kelas, Instruktur harus berlatih memberikan banyak pemicu atau petunjuk untuk menuntun Murid mencapai kesimpulan yang tepat dan tidak memberikan jawaban dengan mudah.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kepuasan dalam memperoleh pengetahuan sehingga Murid akan lebih termotivasi untuk belajar dan mental belajarnya bertumbuh. Instruktur harus bisa menempatkan dirinya sebagai rekan belajar yang bisa dipercaya Murid. Oleh sebab itu Instruktur tidak boleh menertawakan kesalahan yang dilakukan Murid tetapi mendorong Murid untuk terus berusaha mencoba sampai Murid berhasil.

This quiz is for logged in users only.


8. Satu Hal Dalam Satu Waktu

Satu Hal Dalam Satu Waktu adalah teknik mengajar untuk memastikan Murid bisa mencerna informasi yang disampaikan oleh Instruktur tanpa membuat Murid kewalahan menerima informasi. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran dari rancangan materi ajar digital karena alur pengajaran sudah dirancang sedemikian rupa untuk membantu Instruktur menerapkan prinsip dari penyampaian satu hal dalam satu waktu.

Teknik mengajar ini juga penting untuk memastikan setiap Instruktur memiliki standar pengajaran yang sama, yaitu dengan memberikan materi ajar setahap demi setahap kepada Murid sesuai dengan alur materi ajar yang telah disiapkan LSI.

Teknik ini menjadi salah satu kunci penting dalam pengajaran di dalam kelas karena ketika teknik tersebut diterapkan di dalam pengajaran, Instruktur memastikan Murid selalu terlibat di dalam pemerolehan informasi yang disampaikan oleh Instruktur. Teknik ini akan membantu Instruktur untuk membuat porsi STT di dalam kelas lebih besar.

Pemahaman Instruktur terhadap teknik ini akan membantu Instruktur lebih fokus dalam melakukan penilaian terhadap penampilan Murid sehingga bisa membantu Murid lebih baik lagi. Misalnya Instruktur tidak memperbolehkan Murid menyimak sambil menulis supaya Murid benar-benar memahami apa yang sedang disampaikan oleh Instruktur.

Contoh lainnya dari penerapan teknik mengajar ini adalah:

  1. Di dalam Pelajaran Alphabet, Instruktur menunjukkan dan mengajak Murid melafalkan huruf satu per satu.
  2. Di dalam Pelajaran Personal Pronouns Instruktur menjelaskan dan melatih penggunaan kata ganti orang satu per satu dan tidak menampilkan semua kata ganti orang di awal presentasi.
  3. Ketika kode speedometer di dalam materi ajar digital menunjukkan posisi garis speedometer di tengah, Instruktur segera mengoreksi Murid pada saat Murid melakukan kesalahan dan tidak menunggu murid menyelesaikan pengerjaan Lembar Kerja untuk melakukan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan Murid.

Instruktur bisa melatih teknik mengajar ini dengan membiasakan diri melakukan setiap aktivitas kesehariannya secara satu per satu atau tidak langsung mengerjakan banyak hal secara bersamaan.

This quiz is for logged in users only.


9. Menjaga Fokus

Menjaga Fokus adalah usaha Instruktur di dalam kelas untuk memusatkan perhatian Murid dan Instruktur pada kegiatan belajar supaya tidak terjadi gangguan, pengalihan, dan penyimpangan dari tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Instruktur harus mampu menjaga fokusnya selama kelas berlangsung dan harus mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan saat gangguan, pengalihan dan penyimpangan terjadi di dalam kelas supaya kelas kembali berada di dalam kendali Instruktur.

Ketika fokus Murid saat belajar terganggu, penyampaian pelajaran yang diberikan oleh Instruktur tidak akan diterima dengan baik oleh Murid. Hal tersebut terjadi karena fokus Murid untuk menyerap informasi telah terbagi untuk merespon gangguan yang sedang terjadi di sekitarnya.

Contoh gangguan, pengalihan, dan penyimpangan yang dapat mengganggu fokus pembelajaran di dalam kelas:

  1. Instruktur memainkan bolpoinnya saat Murid mengerjakan Lembar Kerja dan bolpoin jatuh berkali-kali di lantai sehingga Murid tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan lembar kerjanya.
  2. Saat Murid sedang menyimak penjelasan Instruktur, sekretaris Murid keluar-masuk ruangan untuk berbicara kepada Murid sehingga Murid kehilangan konsentrasinya saat belajar.
  3. Telepon genggam Murid berdering saat Instruktur sedang memberikan penjelasan kepada Murid dan Murid harus menerima panggilan itu karena penting sehingga Murid kehilangan fokus dan Instruktur harus mengulang penjelasannya dari awal.
  4. Instruktur terbawa suasana saat melakukan percakapan ringan bersama Murid dan menghabiskan waktu 30 menit untuk mengobrol tentang banyak hal di luar pembelajaran sehingga waktu belajar murid terbuang dan Murid hanya menerima sedikit pelajaran karena keterbatasan waktu belajar.

Hilangnya fokus pembelajaran bisa berasal dari Instruktur dan Murid. Instruktur harus memahami bahwa sudah menjadi tanggung jawab Instruktur untuk memastikan situasi kelas berada dalam kendali Instruktur demi tercapainya tujuan pembelajaran. Instruktur harus melatih dirinya di setiap kesempatan dalam kesehariannya supaya perhatiannya tidak teralihkan ketika sedang mengerjakan sesuatu.

This quiz is for logged in users only.


10. Hindari Istilah Linguistik

,Istilah linguistik adalah istilah teknis tentang ilmu bahasa seperti gramatika, kata penghubung, kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, klausa, imbuhan, dan lain-lain. Instruktur harus menghindari penggunaan istilah linguistik ketika menjelaskan materi ajar dan harus menyampaikannya sesederhana mungkin supaya Murid tidak bingung dan stres.

Murid yang stres akan mengalami kesulitan belajar karena Murid merasa terintimidasi oleh istilah linguistik yang diterimanya dan akan membuat Murid takut untuk berbuat salah atau akan mengiyakan semua perkataan Instruktur meskipun dirinya tidak memahaminya. Tujuan belajar Murid adalah untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia bukan untuk menjadi ahli bahasa sehingga tidak memerlukan pengetahuan tentang istilah linguistik.

Di sisi lain, Instruktur harus mempelajari dan memahami istilah linguistik karena sebagai pengajar bahasa, Instruktur memiliki tanggung jawab moral dan intelektual pengajar bahasa. Instruktur harus memahami istilah linguistik untuk membantu dirinya memahami materi ajar yang akan disampaikan kepada Murid. Meskipun Instruktur harus memahami istilah linguistik yang digunakan di dalam materi ajar, Instruktur harus mencari cara untuk menyederhanakan istilah linguistik dengan bahasa yang mudah dipahami Murid saat mengajar Murid.

Contoh yang bisa digunakan adalah ketika belajar tentang ‘kata kerja’ atau verb, Instruktur menyampaikan kepada Murid akan belajar tentang action words dan berikan contohnya, seperti eat, sleep, run, dan sebagainya sehingga sekalipun Murid tidak mengetahui apa itu verb, Murid akan terbantu dengan penjelasan sederhana tersebut dan bisa memahaminya dengan tepat.

Contoh lainnya ketika mempelajari adjective dan Murid belum pernah mendengar istilah itu sebelumnya, maka Instruktur bisa menjelaskan bahwa Murid akan belajar tentang kata yang menjelaskan sifat dari kata benda dan langsung memperlihatkan contohnya, seperti hot-cold, big-small, fast-slow, expensive-cheap, dan sebagainya.

This quiz is for logged in users only.


11. PENGECEKAN PEMAHAMAN

Pengecekan pemahaman adalah suatu proses di dalam pembelajaran untuk menguji pengertian Murid mengenai materi ajar yang sudah disampaikan Instruktur. Proses ini sangat penting untuk dilakukan oleh Instruktur karena Instruktur harus memperoleh data akurat mengenai pemahaman Murid supaya Instruktur bisa menentukan untuk memberikan materi ajar baru atau untuk melatih materi ajar yang belum dipahaminya saat itu.

Teknik yang digunakan untuk mengecek pemahaman Murid dalam pengajaran konvensional adalah dengan bertanya kepada Murid:

“Apakah Anda sudah mengerti?” atau “Apakah Anda memiliki pertanyaan?”

Teknik ini tidak bisa memberikan data yang akurat kepada Instruktur karena tidak ada bukti konkret yang bisa dilihat ketika Muridnya menjawab:

“Saya sudah mengerti.” atau “Saya tidak ada pertanyaan.”

Instruktur tidak boleh percaya begitu saja dengan perkataan Murid karena seharusnya Instruktur memiliki data yang konkret untuk membuktikan pemahaman yang dimiliki Murid.

Teknik pengecekan pemahaman yang dilakukan di LSI tidak menggunakan cara bertanya konvensional seperti contoh di atas. Di LSI, Instruktur harus mampu membuat Murid menunjukkan/mendemonstrasikan pemahaman yang dimilikinya dengan berbagai cara. Instruktur dapat mengecek pemahaman Murid dengan banyak cara, mulai dari meminta Murid membuat contoh, menjawab pertanyaan, mengerjakan lembar kerja, sampai meminta Murid menarasikan pemahamannya secara lisan maupun tulisan.

Jika pemahaman Murid terhadap suatu materi ajar belum tepat, maka Instruktur harus melatih Murid sampai Murid benar-benar bisa memahami dan mampu menunjukkan/mendemonstrasikan pemahamannya mengenai materi ajar tersebut. Tetapi jika pemahaman Murid sudah tepat, maka Instruktur dapat melanjutkan ke materi ajar berikutnya.

Ketika melakukan pengecekan, Instruktur harus memastikan bahwa segala upaya Murid untuk memahami materi ajar dihargai agar semangat belajar Murid terus terjaga. Instruktur harus mampu menunjukkan rasa empati yang mendalam kepada Murid masih kesulitan memahami materi ajar yang sedang dipelajarinya.

 

Contoh dari penerapan pengecekan pemahaman:         

Situasi: Instruktur sudah mengajari Murid tentang Angka.

Cara konvensional: Do you understand Pak/Bu?                             

Cara LSI:   – How do you say 0-10 in Indonesian, Pak/Bu?

                    – How do you say 2.500.000 in Indonesian?

This quiz is for logged in users only.


12. TIDAK KELUAR KONTEKS MATERI AJAR

Pendekatan Komunikatif berfokus pada kesesuaian konteks saat menggunakan bahasa yang dipelajari di dalam kelas. Jika Instruktur keluar dari konteks materi ajar, Murid akan kesulitan untuk memahami penggunaan bahasa yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, Instruktur harus memastikan pembahasan materi ajar tidak keluar konteks sebagai upaya untuk membantu Murid menguasai konsep dan menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Sebagai contoh:

Ketika Murid sedang mempelajari konsep arah dan menemukan kata ‘lewat’ di dalam kalimat:

“Saya pergi ke kantor lewat jalan Sudirman.”

Instruktur cukup menjelaskan apa arti kata ‘lewat’ di dalam konteks arah dan jangan sampai keluar konteks dengan menjelaskan kata ‘lewat’ dalam konteks petunjuk waktu seperti:

“Jam 6 lewat 15 menit.”

Meskipun Murid sudah mengetahui kedua konsep tersebut, Instruktur dilarang membandingkan kedua penggunaan kata ‘lewat’ di atas. Perbandingan sebuah kata yang artinya berbeda konteks seperti kata ‘lewat’ hanya akan membingungkan Murid dan akan membuang waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk mengajari Murid materi ajar lainnya.

This quiz is for logged in users only.


13. Menghindari Penerjemahan

Penerjemahan/alih bahasa adalah proses pengalihan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Penerjemahan biasanya digunakan pada metode pengajaran konvensional dan tidak selaras dengan metode Pendekatan Komunikatif karena prinsip dari metode ini adalah belajar berkomunikasi menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu Instruktur tidak dibenarkan untuk melakukan penerjemahan ketika mengajar Murid.

Instruktur harus memahami prinsip dari Pendekatan Komunikatif supaya terhindar dari proses penerjemahan saat mengajar Murid. Secara intuitif, Murid akan mengaitkan bahasa yang sedang dipelajarinya dengan logika dan struktur bahasa ibunya. Murid yang berfokus pada penerjemahan melakukan hal tersebut karena merasa prosesnya lebih cepat dibandingkan proses menguasai konsep bahasa yang sedang dipelajarinya. Padahal dalam jangka panjang penerjemahan adalah proses yang lama dan sulit karena hanya mengandalkan ingatan untuk menghafal jumlah kosakata yang berjumlah banyak tanpa tahu cara menggunakannya.

Penguasaan konsep dan penggunaan bahasa hanya bisa dicapai melalui penerapan komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam berbagai situasi dan konteks yang tepat, bukan dengan cara menghafal kosakata.

Meskipun Pendekatan Komunikatif tidak berfokus pada penerjemahan bukan berarti Instruktur tidak boleh sama sekali menerjemahkan selama mengajar di dalam kelas. Instruktur boleh menerjemahkan kosakata yang bersifat abstrak untuk membantu Murid memahami konteks yang sedang dipelajarinya, contohnya, ‘suka, kesukaan, pedas, mahal, murah’ dan sebagainya.

Instruktur harus menghindari menjawab pertanyaan Murid jika Murid terus menerus menanyakan arti dari banyak kosakata dan mendorong Murid untuk menggunakan kamus sejak awal pertemuan supaya tidak memperlakukan Instruktur sebagai “kamus berjalan” dan membuat Murid malas belajar.

Masalah yang akan timbul di dalam kelas ketika Murid melakukan penerjemahan adalah:

a. Penerjemahan langsung tanpa disertai konteks bisa menyesatkan Murid. Misalnya, ketika kita menerjemahkan kata when yang memiliki arti kata tanya waktu, ‘kapan’, tanpa memahami konteksnya Murid bisa saja mengartikan kata tersebut sebagai sebagai kata hubung, ‘ketika’. Hal ini juga tidak sejalan dengan prinsip Tidak Keluar dari Konteks Materi yang sudah disampaikan pada materi pelatihan sebelumnya.

b. Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sama dengan bahasa ibu Murid dan jika makna kata yang tidak sepadan dipaksakan untuk diterjemahkan maka maknanya tidak akan masuk akal.

c. Ungkapan bahasa Indonesia tidak bisa diterjemahkan langsung ke dalam bahasa lain. Misalnya tidak bisa menerjemahkan ‘tidak apa-apa’ sebagai ‘no what-what’ karena dalam bahasa Inggris ungkapan yang digunakan adalah ‘it’s okay’ atau ‘no problem’.

d. Tidak menumbuhkan mentalitas belajar dan rasa ingin tahu Murid sehingga akan menyebabkan terhambatnya proses belajar Murid dan berdampak buruk terhadap perkembangan belajar Murid karena Murid tidak mampu mengeksplorasi dan mengembangkan kemahiran bahasanya.

This quiz is for logged in users only.


14. Penguasaan Konsep Melalui Konteks

Penguasaan konsep adalah pembelajaran yang berfokus pada pemahaman dan penerapan konsep bahasa dengan menggunakan konteks yang tepat. Hal ini hanya bisa dicapai jika Murid tidak membandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa ibunya.

Penguasaan konsep bukan tentang seberapa banyak kosakata yang bisa dihafal Murid, tetapi bagaimana Instruktur membantu Murid untuk mampu mengembangkan kemahiran berbahasanya secara mandiri mengikuti kaidah bahasa yang berlaku.

Contoh: Penguasaan konsep Personal Pronouns bukanlah menghafal sejumlah kata ganti orang seperti; ‘saya, Anda, dia, kami, kalian, mereka’, dan sebagainya. Tetapi bagaimana memahami Personal Pronouns dan menggunakannya secara tepat di dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh kata ‘saya’:

  1. Dalam konteks kalimat “Ini buku saya”, maknanya adalah kepunyaan atau ‘my/mine’ bukan ‘me’ atau ‘I’.
  2. Dalam konteks kalimat “Saya mengerti”, maknanya menjadi ‘I’.
  3. Dalam konteks kalimat “Ini untuk saya”, maknanya menjadi ‘me’.

Untuk memahami konsep dari suatu pelajaran dibutuhkan kosakata pendukung yang sesuai dengan konteks pelajaran tersebut sehingga daftar kosakata yang disiapkan di dalam materi ajar sudah dirancang dan disiapkan untuk membantu Murid memahami konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya.

Contoh dari Pelajaran Personal Pronouns: ‘buku saya’ dan ‘telepon dia’.

Kata ‘buku’ dan ‘telepon’ pada contoh di atas merupakan kosakata pendukung yang sudah disiapkan di dalam Pelajaran Personal Pronouns. Kosakata pendukung bisa digunakan dengan setiap Personal Pronouns untuk membantu Murid memahami penggunaan Personal Pronouns yang memiliki konteks sehingga Instruktur tidak perlu menggunakan banyak kosakata pendukung yang bisa membuat Murid bingung ketika jumlah kosakata pendukung sama banyaknya atau lebih banyak daripada daftar kata Personal Pronouns.

Instruktur bisa saja menggunakan kosakata pendukung dalam bahasa Inggris atau bahasa ibu Murid (jika Instruktur menguasai bahasa ibu Murid) dengan tetap menerapkan konsep bahasa Indonesia, seperti contoh di bawah ini:

Ini book saya
Itu television dia

Terlepas dari jenis bahasa kosakata pendukung, Instruktur harus memahami bahwa tujuan pembelajaran pada pelajaran Personal Pronouns adalah untuk membantu Murid memahami penggunaan Personal Pronouns sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia bukan untuk menghafal Personal Pronouns.

This quiz is for logged in users only.


15. Konsistensi Penggunaan Pelajaran yang Sudah Dipelajari

Penguasaan konsep dan penggunaan bahasa yang dipelajari Murid hanya bisa tercapai jika Instruktur secara konsisten mengondisikan Murid untuk selalu menggunakan semua pelajaran yang sudah Murid pelajari.

Konsistensi penggunaan pelajaran yang sudah dipelajari merupakan salah satu prinsip pembelajaran yang sangat penting. Ketika Murid sudah menguasai suatu pelajaran, Instruktur harus memastikan Murid selalu mengulang pelajaran tersebut dalam setiap kesempatan untuk bisa mahir berbahasa Indonesia karena pelajaran yang jarang digunakan oleh Murid akan terlupakan.

Oleh karena itu, saat melakukan Pembukaan Kelas, Instruktur harus melakukan tahap Mengecek Penerapan Materi Sebelumnya (review) karena setidaknya di setiap pertemuan, Instruktur akan memastikan Murid untuk menunjukkan kemahiran bahasanya dan Instruktur bisa menilai perkembangan Murid pada setiap pertemuan.

Konsistensi penggunaan pelajaran yang yang dipelajari sangat bergantung pada disiplin Instruktur. Instruktur harus memastikan Murid memiliki porsi STT yang banyak dengan merencanakan dan menyediakan berbagai kesempatan atau situasi supaya Murid selalu menggunakan bahasa Indonesia yang sudah dipelajarinya di dalam kelas.

Misalnya, Instruktur meminta Murid untuk bercerita mengenai sepatunya menggunakan struktur dan kosakata yang sudah dipelajari, seperti di mana dia membelinya, harganya berapa, ukurannya berapa, dia membeli sepatunya dengan siapa, kapan, dan lain lain. Instruktur juga bisa berperan aktif memberi petunjuk dan pemicu ketika Murid kesulitan untuk bercerita.

Instruktur yang disiplin menunjukkan, memandu, dan melibatkan Murid untuk selalu menggunakan semua pelajaran yang sudah Murid pelajari, akan membuat situasi di dalam kelas lebih aktif sehingga Murid akan langsung merasakan manfaat dari semua pelajaran yang sudah dipelajarinya dan akan meningkatkan peluang yang lebih besar untuk Murid membeli paket belajar baru untuk melanjutkan kursusnya.

Instruktur yang tidak disiplin dan tidak mampu membuat Murid menggunakan semua pelajaran yang sudah dipelajarinya akan membuat Murid merasa apa yang Murid pelajari tidak berguna dan akan berakibat Murid berhenti kursus karena tidak merasakan manfaat dari kehadiran Instruktur untuk membantunya mahir berbahasa Indonesia.

Selain konsisten menggunakan bahasa Indonesia di dalam kelas, Instruktur juga harus memastikan Murid konsisten menggunakan bahasa Indonesianya di luar kelas. Hal ini bisa dilakukan dengan memberinya pekerjaan rumah untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar Murid.

This quiz is for logged in users only.


16. Berbicara Normal dan Pemenggalan Informasi (CHUNKING)

Instruktur memiliki tanggung jawab untuk memberi contoh yang baik kepada Murid. Oleh karena itu pada saat berbahasa Indonesia, Instruktur harus menyadari bahwa dirinya sedang berbicara di depan Murid yang belum bisa berbahasa Indonesia sehingga Instruktur harus memiliki kendali diri dan kesadaran diri yang baik pada saat menggunakan bahasa Indonesia bersama Murid.

Instruktur yang tidak terbiasa menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang tepat dalam kehidupannya akan kesulitan untuk berbicara bahasa Indonesia baku/standar di dalam kelas karena tidak terbiasa melakukannya. Solusinya adalah dengan banyak berlatih di dalam aktivitas keseharian menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang tepat.

Instruktur harus mampu berbicara secara alami, tidak dibuat-buat dan tidak terlalu lambat maupun terlalu cepat. Tujuan dari teknik berbicara ini adalah untuk melatih Murid memahami apa yang Instruktur ucapkan. Saat Instruktur berbicara terlalu cepat, Murid mengalami kesulitan untuk memahami apa yang Instruktur ucapkan. Sedangkan, saat Instruktur berbicara terlalu lambat, Murid akan kesulitan ketika mendengarkan orang lain yang menggunakan tempo bicara normal.

Saat Instruktur berbicara dengan kecepatan yang natural, Murid bisa mendengarkan pelafalan dari artikulasi yang diucapkan Instruktur. Tidak hanya artikulasi, pemenggalan yang tepat pada kalimat atau informasi yang disampaikan Instruktur akan membantu Murid menerima dan memahami pesan dengan tepat.

Klik tombol play di bawah ini untuk mendengarkan contoh Instruktur yang berbicara secara alami/natural:

Teknik pemenggalan informasi yang tepat adalah dengan cara mengambil jeda di tempat yang tepat tanpa mengubah pesan yang seharusnya diterima oleh lawan bicara. Misalnya dalam kalimat berikut:

  1. Tetangga saya Ibu Indah / berasal dari Bandung / dan anak perempuannya Santi / adalah teman kelas saya.
  2. Tetangga saya Ibu Indah / berasal dari Bandung dan anak perempuannya / Santi adalah teman kelas saya.
  3. Tetangga saya / Ibu Indah berasal dari Bandung dan anak perempuannya / Santi adalah teman kelas saya.

Contoh pemenggalan informasi pada nomor 1 di atas adalah pemenggalan informasi yang tepat sedangkan nomor 2 & 3 pemenggalan informasinya tidak tepat. Jeda yang diambil pada saat melakukan pemenggalan akan mengubah intonasi dari informasi yang sedang disampaikan sehingga Instruktur harus selalu memberikan contoh yang tepat bagaimana pemenggalan informasi dilakukan selama pembelajaran di dalam kelas.

Klik tombol play di bawah ini untuk mendengarkan contoh Instruktur yang memenggal informasi dengan tepat (chunking):

 

This quiz is for logged in users only.


17. Bahasa Indonesia STANDAR/Baku dan Dialek Jakarta

Bahasa Indonesia standar/baku adalah bentuk bahasa yang telah mengalami standardisasi yang meliputi tata bahasa, ejaan, pelafalan, struktur kalimat, dan dimengerti oleh seluruh orang Indonesia. Bentuk bahasa ini telah sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa Indonesia yang sudah ditentukan. Contoh kata bahasa Indonesia standar adalah tolong buka, tolong tutup, termakan, sangat atau sekali dan lain lain.

*Dialek Jakarta adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang di Jakarta yang merupakan percampuran dari berbagai bahasa daerah maupun bahasa slang yaitu bahasa tidak resmi, tidak baku yang sifatnya musiman. Contoh kata dialek Jakarta adalah bukain, tutupin, kemakan, banget, ambilin, gedein dan lain lain.

*Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakainya (misalnya bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu).

LSI hanya mengajarkan bahasa Indonesia standar/baku. LSI tidak mengajari Muridnya bahasa dialek. Oleh karena itu Instruktur harus memahami kebingungan yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia khususnya orang Jakarta yang beranggapan bahwa dialek Jakarta adalah bahasa Indonesia.

Kebingungan ini terjadi karena Jakarta adalah ibukota Indonesia dan apa pun yang terjadi di Jakarta menjadi sorotan semua orang Indonesia. Mengingat banyaknya orang asing yang bekerja dan tinggal di Jakarta, Murid akan menemukan bahwa bahasa yang dipelajarinya di kelas berbeda dengan bahasa orang-orang di sekitarnya dan hal ini akan membingungkan Murid.

Instruktur harus menjelaskan kepada Murid bahwa bahasa Indonesia standar yang Murid pelajari akan dipahami oleh semua orang Indonesia sedangkan dialek Jakarta hanya dipahami oleh orang-orang yang tinggal di Jakarta. Dialek Jakarta bukanlah bentuk lain dari bahasa Indonesia. Berita baiknya, konsep dan struktur bahasa dari dialek Jakarta diambil dari bahasa Indonesia standar.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak sekali suku dan bahasa yang berbeda-beda sehingga diperlukan satu bahasa pemersatu, yaitu bahasa Indonesia. Itulah sebabnya bahasa Indonesia diajarkan di dalam sistem pendidikan formal agar seluruh masyarakat Indonesia bisa menggunakannya terlepas bahasa Indonesia tersebut adalah bahasa pertama atau bahasa kedua dari masyarakat tersebut. Instruktur harus menyampaikan kepada Murid untuk tidak perlu khawatir ketika berbahasa Indonesia standar karena orang-orang yang ada di sekitar Murid akan paham jika Murid berbicara menggunakan bahasa Indonesia standar.

This quiz is for logged in users only.


18. Berempati Kepada Murid

Empati adalah kemampuan untuk memahami atau merasakan apa yang orang lain alami atau dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Salah satu kunci kesuksesan seorang Instruktur dalam membantu Murid adalah kemampuan Instruktur dalam memahami kebutuhan Murid dan mampu memosisikan diri sebagai Murid.

Di dalam proses belajar, Murid akan menghadapi banyak sekali tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam biasanya berupa hilangnya motivasi belajar, kebingungan, kejenuhan, dan menyerah dalam proses belajar. Tantangan dari luar biasanya berupa kesibukan bekerja, tekanan pekerjaan, ketiadaan teman berlatih, dan kehilangan fokus maupun tujuan belajar.

Instruktur harus menyadari bahwa perannya adalah untuk membantu Murid menghadapi dan mengatasi semua tantangan-tantangan yang telah disebutkan. Instruktur harus mampu memberi dorongan, semangat, motivasi, dan pujian terhadap setiap upaya yang telah Murid lakukan terlepas dari apakah upaya itu berhasil atau belum berhasil.

Instruktur pasti akan merasa kecewa dan merasa gagal ketika seluruh upayanya untuk memahami atau mengerjakan sesuatu tidak dihargai dan tidak diakui terlepas dari upaya itu memberikan hasil yang baik atau tidak.

Hal ini juga yang akan dirasakan oleh Murid ketika upaya mereka tidak dihargai dan tidak diakui. Sebelum mengoreksi Murid, Instruktur harus menghargai dan mengakui upaya yang telah dilakukan Murid, kemudian membantu Murid melihat kesalahan yang dilakukannya menggunakan perkataan positif.

Contoh, Murid sangat kesulitan untuk memahami dan menggunakan konsep ‘jam berapa dan berapa jam’. Walaupun Murid sudah berupaya keras untuk memahami dan menggunakannya, hasilnya masih belum tepat dan Murid sudah mulai terlihat frustrasi. Instruktur bisa mengatakan ini kepada Murid:

“Thank you for trying Pak/Bu. I know this is hard, I appreciate all your efforts. I understand that you confused time with duration. Let’s try it again and I will help you until you get it.”

This quiz is for logged in users only.


19. Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh adalah komunikasi nonverbal berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, postur, dan gerak tubuh. Kita bisa mengetahui kondisi yang sedang dialami oleh seseorang melalui bahasa tubuh yang ditampilkannya. Komunikasi nonverbal  terbagi menjadi dua yaitu positif dan negatif:

  1. Komunikasi nonverbal yang positif dapat berupa senyuman, menjaga kontak mata, berdiri tegak, duduk dengan tenang, tidak gelisah, jabatan tangan yang antusias, dan sebagainya.
  2. Komunikasi nonverbal yang negatif dapat berupa tidak menjaga kontak mata, berdiri tidak tegak, duduk tidak tenang, gelisah, berjabat tangan dengan tidak antusias, dan sebagainya.

Selama berada di dalam kelas, Instruktur harus mampu menyampaikan bahasa tubuh yang positif sebagai cerminan dari rasa percaya diri dan kontrol diri yang baik. Hal ini akan membuat Murid percaya bahwa Instruktur yang sedang mengajarinya adalah seseorang yang kompeten dan mampu membantu Murid mencapai tujuan belajarnya. Sebaliknya jika Murid menangkap bahasa tubuh yang negatif, Murid akan meragukan kemampuan Instruktur yang mengakibatkan Murid tidak memercayai Instruktur. Instruktur harus selalu menyadari bahasa tubuhnya dan setiap tindakan yang dilakukannya di dalam kelas supaya tercipta suasana belajar yang positif.

Instruktur harus berlatih dengan rekan kerjanya untuk mendapatkan umpan balik mengenai bahasa tubuhnya supaya bisa mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi jika terdapat bahasa tubuh negatif yang ditunjukkan oleh Instruktur.

This quiz is for logged in users only.


20. Kebiasaan Buruk Instruktur Pemula

Berikut ini adalah tiga kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh Instruktur yang belum berpengalaman yang dapat menghambat pembelajaran Murid di dalam kelas:

a. Membeo (Echoing)

Membeo adalah selalu mengulang ucapan lawan bicara sehingga mengganggu kenyamanan lawan bicara. Ketika Instruktur membeo, Murid akan beranggapan bahwa dirinya mengucapkan sesuatu yang salah atau ucapannya tidak bisa didengar dengan baik oleh Instruktur sehingga Instruktur selalu mengulangi apa yang Murid ucapkan. Hal ini bisa menurunkan rasa percaya diri Murid dan akan membuat Murid takut untuk berbicara menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya.

Contoh membeo adalah seperti pada bagian yang dicetak tebal di dalam percakapan berikut ini:

Instruktur      : Anda berasal dari mana?

Murid             : Saya berasal dari Jepang.

Instruktur      : Oh, Anda berasal dari Jepang. Di Jepang Anda tinggal di mana?

Murid             : Di Tokyo.

Instruktur      : Hhhhmmmm di Tokyo. Di Jakarta Anda tinggal dengan siapa?

Murid             : Di Jakarta saya tinggal dengan keluarga saya.

Instruktur      : Oh, dengan keluarga Anda ya.

Klik tombol play di bawah ini untuk mendengarkan contoh Instruktur yang sedang membeo (echoing):

b. Penyelesaian Kalimat Murid

Penyelesaian Kalimat Murid adalah proses memotong dan menyelesaikan ucapan Murid ketika Murid sedang menyampaikan informasi. Situasi ini terjadi karena Instruktur tidak sabar untuk menunggu Muridnya menyelesaikan kalimat yang sedang diucapkannya. Perbuatan ini akan memperlambat proses belajar Murid karena akan menghilangkan rasa percaya diri Murid untuk mampu menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya.

Setiap kali Instruktur memotong dan menyelesaikan informasi yang Murid coba sampaikan, Instruktur sudah merampas kesempatan belajar Murid. Instruktur harus mampu menahan diri ketika Murid memerlukan waktu yang lebih lama untuk menggunakan bahasa Indonesia di dalam kelas. Instruktur harus memahami bahwa Murid belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dan memerlukan waktu lebih lama untuk mencari kosakata yang diperlukan pada saat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Bagian yang dicetak tebal ini adalah contoh dari penyelesaian kalimat murid:

Murid             : Nama saya Akito. Saya berasal . . .(murid mengambil jeda mencoba mengingat lanjutannya)

Instruktur      : (tidak sabar melengkapi kalimat Murid) berasal dari Jepang.

Murid             : Ya ya, Saya berasal dari Jepang.

c. Ketidakjujuran Intelektual

Ketidakjujuran intelektual adalah pilihan untuk tidak melakukan kebenaran dalam memperoleh, menganalisis, dan menyampaikan informasi karena lebih memilih pandangan pribadi daripada kebenaran informasi tersebut. Instruktur seharusnya memiliki kesadaran diri untuk melakukan kebenaran daripada mengikuti pandangan pribadinya.

Instruktur seharusnya hanya menjawab pertanyaan dan memberikan informasi kepada Murid menggunakan fakta bukan opini. Jika Murid bertanya dan Instruktur tidak mengetahui jawabannya, maka Instruktur harus jujur mengakui tidak mengetahui jawabannya tetapi menyampaikan kepada Murid bahwa Instruktur akan mencari informasi untuk mengetahui jawabannya.

Meskipun demikian, ada informasi mendasar yang harus diketahui Instruktur sebagai pengajar bahasa dan Instruktur harus mampu menyampaikannya kepada Murid. Misalnya Product Knowledge LSI, penguasaan materi ajar, penguasaan istilah linguistik, dan hal lainnya yang berkaitan dengan profesi Instruktur sebagai pengajar bahasa Indonesia.

Ketidakjujuran Intelektual akan mengakibatkan Murid tidak percaya kepada Instruktur yang selanjutnya akan menghambat proses pembelajaran di dalam kelas.

This quiz is for logged in users only.