Bagian 3: Teknis Pengajaran

21. Etika Penggunaan Telepon Genggam

Sebagai seorang profesional, Instruktur harus belajar etika penggunaan telepon genggam. Penggunaan telepon genggam yang tidak tepat akan mengganggu orang-orang di sekitar kita khususnya ketika sedang berinteraksi dengan Murid atau rekan kerja.

Kondisi telepon genggam Instruktur pada saat mengajar harus dalam keadaan mati atau Mode Pesawat (airplane mode) supaya tidak mengganggu konsentrasi Murid dan proses belajar di dalam kelas. Instruktur harus menonaktifkan telepon genggamnya sebelum memasuki kelas.

Misalnya, ketika kita sedang mengajar dan telepon kita sedang dalam mode getar, ada orang yang mencoba menghubungi kita, maka telepon akan bergetar dan perhatian Murid dan Instruktur yang awalnya fokus di kelas, tiba-tiba akan fokus kepada getaran telepon Instruktur. Instruktur pun akan jadi memikirkan siapa yang sedang mencoba menghubunginya. Ini juga akan mempengaruhi citra LSI di mana Instrukturnya tidak profesional saat mengajar dan tidak menghargai kelasnya dan Murid.

Selain dalam situasi mengajar, etika penggunaan telepon genggam harus diperhatikan pada situasi berikut ini:

  • Ketika mengikuti pelatihan.
  • Ketika sedang berinteraksi dengan orang lain.
  • Ketika berada di dalam kelas.
  • Ketika sedang berhadapan dengan klien.
  • Ketika dalam rapat.

Apabila Instruktur benar-benar perlu menggunakan telepon genggam saat bersama orang lain di dalam sebuah ruangan atau suatu kegiatan, mintalah ijin dan pergi ke tempat lain untuk menggunakan telepon genggam.

Biasakan untuk selalu mematikan telepon ketika Anda berkegiatan. Jangan tempatkan telepon genggam di atas meja, terutama ketika sedang berinteraksi dengan orang lain. Apabila Instruktur belum terbiasa dalam mengontrol penggunaan telepon genggam, maka mulailah berlatih dari sekarang.

This quiz is for logged in users only.


22. penampilan

Penampilan merupakan salah satu hal penting yang mencerminkan citra profesionalisme. Instruktur adalah perwakilan tempat kerjanya dan secara otomatis, citra lembaga akan terefleksikan dari cara Instruktur berpenampilan. Instruktur harus mampu meninggalkan kesan yang baik kepada Murid untuk menunjukkan adanya standar pelayanan yang kita berikan kepada Murid.

Memang kita sering mendengar istilah untuk tidak menilai buku dari sampulnya tetapi kita perlu mengevaluasi kembali pemahaman kita terhadap istilah itu. Dalam konteks pekerjaan, berpenampilan dengan baik dan berpakaian pantas tidak hanya akan meningkatkan kepercayaan diri kita, tetapi juga akan membuat orang lain terkesan dan tertarik kepada kita. Cara kita menampilkan diri dengan profesional akan menciptakan kesan yang mendalam kepada orang-orang yang bekerja bersama dengan kita.

Mengingat Murid yang akan kita layani tinggal dan bekerja di tempat dengan lingkup internasional, dengan jabatan penting di masing-masing perusahaannya, penampilan yang profesional akan mempermudah Instruktur saat melakukan tugasnya.

a. Aroma Tubuh
Bau badan adalah aspek tambahan yang harus diperhatikan dalam penampilan fisik. Instruktur tidak diperkenankan untuk mengajar jika memiliki bau badan yang menyengat dan menggunakan parfum secara berlebihan. Instruktur harus memastikan bau badannya tidak mengganggu kenyamanan Murid.

b. Standar Penampilan Instruktur Laki-Laki
Standar penampilan Instruktur laki-laki adalah:

  • berkemeja lengan panjang, berdasi, berikat pinggang, bercelana panjang bukan jeans/chino, dan bersepatu kulit. (Meskipun baju batik dianggap oleh banyak orang sebagai pakaian kerja, Instruktur laki-laki tidak diperkenankan untuk mengenakan baju batik pada saat mengajar.)
  • tidak diperkenankan berambut panjang.
  • apabila memelihara janggut atau kumis Instruktur wajib merapikan janggut dan kumisnya secara berkala.
  • Tidak menggunakan parfum secara berlebihan.

Instruktur laki-laki diwajibkan untuk memakai dasi ketika mengajar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat memakai dasi yaitu:

  • Warna dasi harus lebih gelap daripada warna kemeja agar terlihat proporsional.
  • Panjang dasi tidak boleh melebihi atau terlalu pendek dari kepala gesper. Ujung dasi harus menutupi kepala gesper.
  • Ikatan dasi di bagian leher tidak boleh longgar dan harus pas mengunci kerah.
  • Cek kembali di depan cermin apakah posisi dasi sudah benar-benar rapi, tidak kusut dan selaras dengan kemeja.

c. Standar penampilan Instruktur Perempuan
Bagi orang asing, kemeja dengan garis leher yang rendah, rok pendek di atas lutut, dan sepatu berhak tinggi dianggap tidak profesional, atau tidak sesuai untuk situasi bisnis. Oleh karena itu, penampilan standar Instruktur perempuan di LSI adalah:

  • mengenakan blazer atau jas dengan blouse di bagian dalam.
  • bersepatu kulit dengan hak rendah, harus konservatif/sederhana.
  • celana panjang bukan bahan denim atau legging.
  • rok harus di bawah lutut, bukan bahan denim atau jeans.
  • tidak mengenakan pakaian dengan belahan dada terbuka.
  • Bagi yang berjilbab, tidak diperkenankan mengenakan gamis untuk alasan keselamatan di perjalanan dan alasan praktis saat melakukan tugasnya.
  • tidak diperkenankan menggunakan make up tebal.

d. Perlengkapan Kerja
Instruktur diwajibkan untuk membawa perlengkapan kerja sesuai dengan standar yang ditentukan oleh LSI yaitu:

  • tas kulit (disediakan LSI).
  • laptop berukuran 14 inci (tidak berstiker selain stiker LSI).
  • Adaptor laptop.

Jika Instruktur memerlukan dompet atau tas tambahan untuk membawa kebutuhannya, maka dompet atau tas tersebut harus berwarna gelap dan senada dengan tas kulit LSI yang digunakannya.

Instruktur harus merawat tas kulit yang disediakan LSI. Instruktur wajib merawat tas tersebut dan akan dikenai biaya ganti rugi sebesar Rp500.000 (lima ratus ribu) jika terjadi kerusakan pada tas yang disediakan LSI.

This quiz is for logged in users only.


23. Bersosialisasi

Sebagai Instruktur profesional, kita harus menjaga batasan hubungan dengan Murid. Kedekatan hubungan Instruktur dan Murid haruslah berdasarkan komitmen profesional. Dalam kesehariannya, Instruktur harus mampu untuk tetap profesional terlepas dari persoalan pribadi yang sedang dialaminya. Instruktur memiliki kewenangan untuk memberikan dorongan yang diperlukan oleh Murid supaya bisa membantu Murid mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Batasan adalah titik di mana Instruktur harus menghargai bahwa ada informasi Murid yang tidak boleh dicampuri atau bahkan diketahui. Melanggar batasan-batasan tersebut akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan hal itu akan menimbulkan kecanggungan yang menjurus pada kekakuan atau bahkan masalah di dalam proses belajar Murid.

Beberapa contoh hal-hal yang tidak boleh Instruktur campuri atau coba ketahui dalam hubungannya bersama Murid adalah:

  • Sudut Pandang Moral: tidak relevan, bahkan berpotensi mengganggu untuk seorang instruktur mengomentari atau mencari tahu sudut pandang moral seorang Murid terhadap sebuah nilai.

    Sebagai contoh: Bagaimana pandangan Murid terhadap hubungan sesama jenis? Apakah menurut dia benar/salah? Apa pun yang Murid percayai benar atau salah tentang apapun, tidak relevan untuk Instruktur komentari.

  • Sudut Pandang mengenai kepercayaan : menyinggung, tidak tepat bagi seorang instruktur mengomentari atau mencari tahu tentang kepercayaan yang Murid anut.

    Sebagai contoh: Bagaimana perasaan Murid sebagai orang yang tidak menganut agama apapun tinggal di negara yang relijius seperti Indonesia? Kepercayaan Murid adalah hal yang sangat sakral dan harus dihormati, selain itu, kepercayaan tersebut tidak sepatutnya mengganggu fokus kelas.

  • Masa lalu Murid : menjengkelkan, tidak semua bagian dari masa lalu seseorang menyenangkan untuk dibagikan. Karena itu Instruktur harus mampu menempatkan diri untuk tidak mencari tahu hal tersebut kecuali Murid sendiri yang dengan sukarela menceritakannya.

    Sebagai contoh: Apakah pekerjaan ini adalah pekerjaan impian Murid? Kalau bukan, mengapa dia gagal mencapai pekerjaan tersebut? Masa lalu Murid adalah area yang sepenuhnya tertutup untuk Instruktur ketahui, kecuali Murid sudah mempercayai Instruktur untuk mengetahui hal tersebut, pertanyaan seperti di atas terlarang untuk ditanyakan.

Meskipun tiga hal di atas adalah informasi yang harus Instruktur hindari saat berinteraksi dengan Murid, tetapi seiring berjalannya waktu dan saat hubungan Murid dan Instruktur makin akrab, percakapan tersebut bisa dilakukan.

Ketika Instruktur sudah dekat dengan Murid, ada kalanya Murid mengundang Instruktur menghadiri kegiatan tertentu atau mengajak bermain.

Contoh undangan yang Murid sampaikan/kirimkan lewat pesan singkat:

“Bapak/Ibu (nama Instruktur), our son, Jared will have his 20th birthday next week, we will have a family dinner. I would like to have you in the event, Will you come?”

Templat respons terhadap undangan Murid:

“Bapak/Ibu (nama Murid), I really appreciate it, Thank you so much for your invitation, let me check my schedule with my office and I will let you know if I can come!”

Undangan Murid tersebut bisa saja dipenuhi, selama Instruktur bisa menjamin kedekatannya dengan Murid tidak mengganggu objektivitas Instruktur sebagai seorang profesional dan telah disetujui oleh Manajemen.

Beberapa contoh dalam objektivitas profesional dalam hubungan Instruktur-Murid yang dimaksud adalah:

  • Saat Murid mulai malas belajar, besar kemungkinannya Murid akan mengalihkan tujuan belajarnya. Alih-alih fokus belajar, murid akan menghabiskan sebagian besar waktu sesi tersebut untuk membicarakan hal lainnya, bahkan tanpa menggunakan bahasa Indonesia. Betapa pun dekatnya hubungan dengan Murid tersebut, Instruktur harus mampu mengambil alih situasi dan mengingatkan Murid tujuan utama dari pertemuan tersebut.
  • Saat performa Murid buruk dalam belajar dan pembelajaran tersebut membutuhkan penilaian dari Instruktur sebagai proses evaluasi, Instruktur harus mampu menilai secara objektif berdasarkan performa tersebut tanpa mempertimbangkan kedekatannya dengan Murid.
  • Saat Murid melanggar kebijakan dan peraturan LSI, tugas seorang Instruktur adalah mengingatkan kewajiban Murid untuk mengikuti kebijakan dan peraturan tersebut tanpa perlu merasa tidak nyaman karena mempertimbangkan kedekatannya dengan Murid.
  • Saat Murid meminta pengecualian dan membujuk Instruktur untuk melanggar peraturan LSI, seorang Instruktur harus bertindak tegas mengingatkan Murid tanpa mempertimbangkan kedekatan hubungannya dengan Murid.

LSI tidak memberikan izin kepada siapa pun untuk mempublikasikan informasi tertulis gambar/foto maupun video terkait LSI atau Murid LSI tanpa diketahui dan disetujui oleh Manajemen LSI. Instruktur juga tidak diperkenankan membagikan informasi yang bukan miliknya. Ketika ingin berfoto dengan Murid, selalu tanyakan kepada Murid (meminta izin) apakah foto tersebut boleh dipublikasikan di akun media sosial resmi LSI atau tidak.

This quiz is for logged in users only.


24. Percakapan Ringan (Small Talk)

Di awal kelas, percakapan ringan dan santai perlu dilakukan untuk mencairkan suasana, membangun kenyamanan, membangun rasa percaya di antara satu sama lain, dan membuat seseorang terlibat dalam sebuah proses komunikasi yang interaktif. Suasana kelas yang kaku akan mempersulit komunikasi dan pertukaran informasi. Percakapan ringan ini merupakan jembatan komunikasi sebelum membicarakan pokok pembahasan yang ingin disampaikan.

Ketika Instruktur melakukan percakapan ringan bersama Murid, Instruktur harus memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa penjelasan dan bukan jawaban singkat seperti ‘ya’ atau ‘tidak’. Hindari pertanyaan seperti: “How long have you lived here?” karena jawabannya hanya singkat saja. Tetapi tanyakan pertanyaan seperti: “Why did you choose to work in Indonesia?”.

Pertanyaan ini membutuhkan penjelasan yang tidak singkat sehingga Instruktur akan mendapatkan banyak informasi tentang latar belakang Murid dan tidak terkesan sedang menginterogasi Murid. Saat Instruktur menjawab pertanyaan Murid, jawablah dengan memberikan penjelasan yang mudah dipahami dan sesuai konteks.

Instruktur dilarang menanyakan hal-hal yang bersifat privasi. Fokus pertanyaan Instruktur kepada Murid adalah apa yang membuat Murid tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia, tujuan belajar, target belajar, dan bagaimana Murid mengatur waktu belajar dengan kesibukan bekerja.

This quiz is for logged in users only.


25. Perkenalan Diri

Perkenalan diri bertujuan untuk menjelaskan siapa kita, apa yang kita lakukan, dan apa yang orang lain perlu ketahui tentang kita. Kita harus memperkenalkan diri setiap kali bertemu orang baru. Kita harus mengetahui informasi penting apa saja yang perlu kita sampaikan karena memperkenalkan diri lebih dari sekadar menyebut nama, tetapi bagaimana kita memberikan informasi penting yang dibutuhkan oleh orang lain supaya bisa mengingat kita.

Pada saat memperkenalkan diri, kita harus menyampaikannya dengan singkat dan tidak bertele-tele karena Murid tidak ingin menghabiskan waktu belajarnya hanya untuk mendengarkan informasi mengenai Instrukturnya. Meskipun perkenalan diri kita singkat, tetapi informasi yang kita bagikan harus bisa menarik perhatian Murid. Berlatihlah sesering mungkin sampai merasa nyaman dengan cara mempraktikkan perkenalan diri di setiap kesempatan atau berlatih dengan rekan kerja. Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan membantu kita memperkenalkan diri secara efektif:

a. Rangkum reputasi profesional
Kalimat pertama pada saat perkenalan harus menyertakan nama dan jabatan.

b. Jelaskan pengalaman dan pencapaian Anda
Bagikan informasi yang mendukung pengalaman mengajar dan pencapaian Anda dalam membantu Murid-Murid Anda untuk mencapai tujuan belajar mereka.

c. Akhiri dengan mengarahkan ke bagian percakapan selanjutnya
Sampaikan perkenalan diri Anda dengan singkat dan setelah itu mintalah Murid Anda memperkenalkan dirinya supaya Anda bisa mengenal Murid Anda dengan baik.

Contoh: My name is Rahdian and you can call me Ian. It’s so nice to meet you. I have been teaching for 5 years and I have been teaching bahasa Indonesia to foreigners for the last 2 years at Language Studies Indonesia. I’ve served individuals and corporate clients from many countries, such as (sebutkan beberapa nama klien yang pernah ditangani) I am here to help you to achieve your goals in learning bahasa Indonesia. I would love to hear your reasons for learning Bahasa Indonesia so that I can help you better in our classes.

Tahapan perkenalan diri untuk pertemuan tatap muka adalah sebagai berikut:
Setelah menyapa Murid, jabatlah tangan Murid dengan mantap, tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat. Jabatan yang terlalu lemah menunjukkan rasa percaya diri rendah sedangkan jabatan tangan terlalu kuat menunjukkan sifat agresif yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Setelah menjabat tangan Murid, perkenalkan nama Anda sebagaimana Anda ingin dipanggil dan berikan kesan gembira bertemu Murid Contohnya: Halo Pak/Bu, My name is Rahdian please call me Ian. It’s very nice to meet you.

Penting sekali bagi Instruktur untuk menyampaikan kepada Murid bahwa semua Instruktur di LSI telah menjalani proses seleksi ketat, proses pelatihan yang sulit, dan sudah lulus pelatihan. Semua Instruktur di LSI sudah memiliki sertifikasi mengajar yang telah memenuhi standar pengajaran LSI.

Jika Murid bertanya tentang sudah berapa lama bekerja sebagai Instruktur di LSI, berikut ini cara Instruktur menjawabnya.

Jika Anda memiliki pengalaman mengajar sebelumnya:
“I have been teaching for about 2 years.” (Yang penting adalah pengalaman total mengajar Anda, tidak harus di hitungan mengajar di LSI)

Jika Anda belum pernah memiliki pengalaman mengajar sebelumnya:

“This is my first year teaching in LSI after three months of intensive training and becoming a certified Instructor at LSI.”

Tahapan perkenalan diri untuk pertemuan daring adalah sebagai berikut:
Secara teknis, tahapan perkenalan diri secara daring tidak berbeda dengan perkenalan diri tatap muka. Yang membedakannya adalah pada pertemuan daring, kita tidak bisa melihat bahasa tubuh Murid secara keseluruhan. Itu kenapa Instruktur harus sadar diri tersenyum dengan ramah dan antusias untuk menunjukkan kesan profesional dan membuat suasana kelas menjadi nyaman.

This quiz is for logged in users only.


26. Antisipasi Masalah

Antisipasi masalah adalah langkah persiapan yang dilakukan oleh Instruktur baik berdasarkan pengalaman yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi sebelumnya. Instruktur harus melatih diri untuk selalu melakukan antisipasi masalah setiap kali mempersiapkan diri untuk kelas yang akan diajarnya. Persiapan ini harus dilakukan jauh hari sebelum mengajar (tidak dilakukan pada hari yang sama ketika kelas akan berlangsung).

Definisi dari masalah ini bisa beragam, mulai dari materi ajar, jadwal belajar, kecakapan berbahasa Instruktur/Murid, situasi kelas, kesulitan Instruktur, keluhan Murid, dan sebagainya. Oleh karena itu, Instruktur harus bisa membuka pikirannya dengan baik dan tidak mempersempit definisi ‘masalah’ di sekitar pengajaran saja.

Fokus dari tindakan mengantisipasi masalah adalah bagaimana memastikan sebuah potensi masalah bisa ditangani oleh Instruktur sebelum masalah itu terjadi. Di dalam proses belajar, masalah pasti akan terjadi dan Instruktur dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah yang timbul tanpa menimbulkan masalah baru agar kepercayaan Murid terhadap Instruktur tetap terjaga.

Instruktur perlu melakukan banyak simulasi pengajaran secara rutin dan mengumpulkan pengalaman dan catatan-catatan penting yang didapat dari kelas bersama Murid atau dari simulasi pelatihan supaya Instruktur bisa mengeliminasi masalah yang mungkin terjadi di dalam kelas sebanyak mungkin.

Cara termudah untuk mengantisipasi masalah, Instruktur harus memiliki keterampilan untuk menempatkan diri sebagai Murid saat melakukan persiapan kelasnya. Ketika Instruktur bisa memahami cara berpikir Murid yang akan diajarnya, Instruktur akan lebih mudah mengantisipasi masalah yang mungkin timbul saat mengajar Murid. Yang harus diperhatikan oleh Instruktur adalah setiap Murid memiliki kebutuhan belajar dan penanganan yang berbeda dari Instruktur. Oleh karena itu Instruktur harus selalu melakukan antisipasi untuk setiap Murid di setiap sesi belajarnya.

Makin banyak Murid yang Instruktur ajari, makin banyak referensi/situasi yang bisa Instruktur gunakan untuk mengantisipasi masalah di kelas-kelas berikutnya. Sesama Instruktur bisa berkolaborasi untuk berlatih melakukan simulasi kelas supaya bisa menerapkan antisipasi masalah yang telah disiapkan.

Contoh sederhana dari penerapan prinsip ini di dalam kehidupan sehari-hari adalah sedia payung sebelum hujan. Jadi ketika hujan turun, kita sudah menyiapkan payung supaya tidak kehujanan. Perlu diingat bahwa antisipasi masalah bukan berarti masalah tersebut akan muncul dengan pasti di dalam kelas. Tetapi jika masalah yang diantisipasi muncul, Instruktur sudah memiliki persiapan matang untuk menangani masalah tersebut.

Beberapa contoh antisipasi masalah:

  • Pada pelajaran Personal Pronouns Murid akan belajar ‘Bapak’ dan ‘Ibu’. Sebelum Murid bertanya tentang penggunaan kata ‘mbak’ dan ‘mas’ untuk menunjukkan kata ‘bapak’ dan ‘ibu’, Instruktur mengantisipasinya dari awal bahwa penggunaan kata ‘mbak’ dan ‘mas’ tidak disarankan (meskipun banyak orang menggunakannya dengan salah) karena itu bukanlah bahasa Indonesia melainkan bahasa Jawa.
  • Instruktur mematikan telepon genggamnya/mengaktifkan mode terbang agar tidak ada gangguan yang terjadi selama proses belajar berlangsung.
  • Instruktur melakukan survei lokasi mengajar paling lambat 1 hari kerja sebelum kelas berlangsung supaya Instruktur tidak datang terlambat di kelas pertama Muridnya.
  • Instruktur memastikan notifikasi Pengaturan Daya di laptop muncul ketika daya baterai laptop menunjukkan 30% sehingga Instruktur memiliki waktu untuk mengisi daya baterai laptop dan dapat beroperasi seperti biasa.

This quiz is for logged in users only.


27. Pembukaan dan Penutupan Kelas

I. Pembukaan Kelas

Pembukaan Kelas adalah kegiatan yang Instruktur harus lakukan di awal pertemuan sebelum menyampaikan materi pelajaran baru di pertemuan tersebut. 

Pembukaan kelas dibagi menjadi 3 bagian:

    a. Melakukan percakapan ringan.

    b. Mengecek pemahaman Murid terhadap materi yang sudah dipelajari sebelumnya (review)

    c. Mengecek pekerjaan rumah.

a. Percakapan Ringan

Percakapan ringan bertujuan untuk mencairkan suasana di dalam kelas sebagai transisi sebelum Instruktur melakukan pengajaran.

b. Mengecek Penerapan Materi Sebelumnya (review)

Review bisa diintegrasikan saat melakukan percakapan ringan. Instruktur harus melakukan review untuk memastikan Murid sudah mahir menerapkan informasi yang sudah dipelajari pada kelas-kelas sebelumnya.

Jika Murid mampu menunjukkan kemahiran bahasanya menggunakan informasi yang telah dipelajari pada kelas-kelas sebelumnya, maka Instruktur bisa melanjutkan pada bagian berikutnya, Pengecekan Pekerjaan Rumah.

Jika Murid tidak mampu menunjukkan kemahiran berbahasanya menggunakan informasi yang telah dipelajari pada kelas-kelas sebelumnya, maka Instruktur harus membantu Murid untuk melatih informasi yang belum dikuasai oleh Murid dengan memberikan berbagai contoh dan simulasi penerapan dari informasi yang seharusnya sudah dikuasai Murid pada pertemuan tersebut.

Untuk melakukan review Instruktur harus mampu:

  • Memberikan pemicu kepada Murid untuk menunjukkan kemahiran berbahasanya menggunakan semua informasi yang sudah dipelajari pada kelas-kelas sebelumnya.
  • Memperhatikan kekurangan dan kelebihan yang Murid tunjukkan saat berinteraksi dengan Murid untuk kemudian memberikan umpan balik kepada Murid apa saja yang harus Murid tingkatkan untuk melatih kemahiran bahasa Indonesianya.
  • Menerapkan Helping Technique (akan dibahas di materi pelatihan lainnya).

Review dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini:

  1. Jika Murid berstatus sebagai Murid baru, Instruktur harus memeriksa kemahiran bahasa Murid dari materi yang sudah dipelajari pada kelas-kelas sebelumnya dengan menyampaikan Pengantar Review sebagai berikut:

    Bapak/Ibu, before we continue to the next lesson, I need to check your language comprehension on the previous lessons.

  2. Setelah Murid terbiasa dengan kegiatan review (biasanya setelah pertemuan ke-6), Instruktur tidak perlu lagi menyampaikan Pengantar Review. Instruktur bisa langsung mempraktikkan proses review bersama Murid.

Jika Murid tidak mampu menunjukkan kemahiran bahasanya saat melakukan review karena jarang atau tidak pernah berlatih di luar kelas, maka Instruktur harus  menyampaikan konsekuensinya kepada Murid bahwa situasi tersebut akan memperlambat perkembangan belajar Murid. Instruktur bisa menggunakan pertemuan tersebut untuk mengulang dan melatih pelajaran-pelajaran sebelumnya yang belum sepenuhnya dikuasai Murid sampai Murid mampu menunjukkan pemahamannya.

Based on this review session, we both can see that you have not practiced your language enough, I see that you were not able to (sebutkan masalah Murid saat review) therefore, we need to practice more on this/these before we continue to the next lesson.

Jika Murid meminta Instruktur untuk melewatkan review, maka Instruktur diperbolehkan untuk melanjutkan pelajaran berikutnya dengan syarat Instruktur tetap melatih Murid menggunakan informasi yang belum dikuasainya ke dalam pertemuan yang sedang berlangsung pada saat itu dan pada kelas-kelas berikutnya.

c. Pengecekan Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah adalah tugas yang diberikan Instruktur kepada Murid di akhir kelas dengan tujuan untuk memberikan latihan tambahan yang dilakukan di luar kelas secara mandiri. Instruktur harus memberikan panduan dan target yang jelas ketika memberikan pekerjaan rumah kepada Murid dan mencatat rinciannya di dalam Course Details Murid untuk membantu Instruktur menelusuri pekerjaan rumah yang diberikan kepada Murid-Murid yang diajar oleh Instruktur.

Setiap pekerjaan rumah yang diberikan Instruktur harus Instruktur periksa pada pertemuan berikutnya sebelum Instruktur menyampaikan materi ajar baru. jika Murid tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, Instruktur harus menerapkan konsekuensi logis kepada Murid dengan meminta Murid untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya di awal pertemuan tersebut.

Pekerjaan rumah yang ditugaskan kepada Murid tetapi tidak diperiksa oleh Instruktur akan menimbulkan masalah bagi Instruktur. Murid akan menganggap enteng tugas dari Instruktur di kemudian hari karena Murid tahu Instrukturnya tidak akan memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan Instruktur kepadanya.

II. Penutupan Kelas

Penutupan Kelas adalah rangkaian kegiatan yang Instruktur harus lakukan untuk mengakhiri kelas. Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan Instruktur di akhir kelas adalah dengan melakukan 4 hal berikut:

  1. Memberikan umpan balik dari penampilan Murid pada pertemuan tersebut. Hal apa saja yang harus Murid lakukan untuk meningkatkan kemahiran bahasanya (Instruktur juga harus memberi semangat dan pujian yang tulus kepada Murid untuk waktu dan usahanya belajar pada pertemuan tersebut supaya Murid tidak menyerah dan lebih bersemangat lagi untuk berlatih).
  2. Memberitahu apa yang Murid bisa lakukan setelah mempelajari materi pada pertemuan tersebut.
  3. Meminta umpan balik Murid terhadap Instruktur supaya Instruktur bisa membantu Murid lebih baik lagi di pertemuan berikutnya. Instruktur harus mengucapkan terima kasih atas umpan balik yang telah diberikan Murid.
  4. Memberikan pekerjaan rumah untuk latihan di luar kelas.

Bentuk pekerjaan rumah untuk Murid adalah sebagai berikut:

  • Lembar Kerja.
  • Membuat kalimat atau cerita dalam bentuk tulisan
  • Membuat rekaman suara untuk latihan pelafalan.
  • Memberikan tugas kepada Murid untuk berinteraksi kepada orang-orang di sekitarnya.
  • Menonton film/mendengarkan podcast, lagu, berita.

This quiz is for logged in users only.